Halaman

Subscribe Twitter

Sunday, November 14, 2010

Jangan Derhaka Kepada Orang Tua


Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka. [QS. Al-Isra' (17): 23]

‘Uquuqul walidain (derhaka kepada orang tua) adalah dosa besar. Kerana itu, Rasulullah s.a.w. - seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Al-Atsir dalam kitabnya An-Nihaayah - melarang perbuatan durhaka kepada kedua orang tua.

Seseorang dikatakan ‘aqqa waalidahu, ya’uqquhu ‘uqaaqan, fahuwa ‘aaqun jika telah menyakiti hati orang tuanya, menderhakainya, dan telah keluar darinya. Kata ini merupakan lawan dari kata al-birru bihi (berbakti kepadanya).

Perkataan al-’uquuq (derhaka) berasal dari al-’aqq yang bermaksud asy-syaq (mematahkan) dan al-qath’u (memotong). Jadi, seorang anak dikatakan telah derhaka kepada orang tuanya jika dia tidak patuh dan tidak berbuat baik kepadanya, atau dalam bahasa Arab disebut al-’aaq (anak yang derhaka). Jamak dari kata al-’aaq adalah al-‘aqaqah. Berdasarkan pemaknaan ini, maka rambut yang keluar dari kepala seorang bayi yang baru lahir dari perut ibunya dinamakan dengan aqiiqah, karena rambut itu akan dipotong.

Yang dimaksud dengan al-’uquuq (derhaka) adalah mematahkan “tongkat” ketaatan dan “memotong” (memutus) tali hubungan antara seorang anak dengan orang tuanya.

Jadi, yang dimaksud dengan perbuatan derhaka kepada kedua orang tua adalah mematahkan “tongkat” ketaatan kepada keduanya, memutuskan tali hubungan yang terjalin antara orang tua dengan anaknya, meninggalkan sesuatu yang disukai keduanya, dan tidak mentaati apa yang diperintahkan atau diminta oleh mereka berdua.

Sebesar apa pun ibadah yang dilakukan oleh seseorang hamba, itu semua tidak akan mendatangkan manfaat baginya jika masih diiringi perbuatan derhaka kepada kedua orang tuanya. Sebab, Allah s.w.t. menggantung semua ibadah itu sampai kedua orang tuanya redha.

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda, “Tidaklah seorang muslim memiliki dua orang tua muslim, (kemudian) dia berbakti kepada keduanya kerana mengharapkan redha Allah, kecuali Allah akan membukakan dua pintu untuknya – maksudnya adalah pintu surga. Jika dia hanya berbakti kepada satu orang tua (saja), maka (pintu yang dibukakan untuknya) pun hanya satu. Jika salah satu dari keduanya marah, maka Allah tidak akan meredhai si anak hingga orang tuanya itu meredhainya.” Ditanyakan kepada Ibnu ‘Abbas, “Sekalipun keduanya telah menzaliminya?” Ibnu ‘Abbas menjawab, “Sekalipun keduanya telah menzaliminya.”

Oleh kerana itu ketika ada seseorang yang memaparkan kepada Rasulullah s.a.w. tentang perbuatan-perbuatan ketaatan (perbuatan-perbuatan baik) yang telah dilakukannya, maka Rasulullah saw. pun memberikan jawaban yang sempurna yang dikaitkan dengan satu syarat, iaitu jika orang itu tidak derhaka kepada kedua orang tuanya.

Diriwayatkan dari ‘Amr bin Murah Al-Juhani r.a., “Seorang lelaki pernah mendatangi Rasulullah s.a.w. kemudian berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku telah bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang haq), kecuali Allah dan bahwa engkau adalah utusan Allah. Aku (juga) telah melaksanakan solat lima (waktu), menunaikan zakat dari hartaku, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.’ Nabi menjawab, ‘Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan (seperti) ini, maka dia akan bersama para nabi, shiddiqiin, dan syuhada pada hari Kiamat nanti seperti ini. Baginda memberi isyarat dengan dua jarinya (jari telunjuk dan jari tengah), sepanjang dia tidak derhaka kepada kedua orang tuanya.’”


Hadits-hadits Tentang Derhaka

Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda, “Sungguh celaka, sungguh celaka, sungguh celaka!” Seseorang bertanya, “Siapa yang celaka, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Barangsiapa yang sempat bertemu dengan kedua orang tuanya, tetapi dia tidak dapat masuk syurga (kerana tidak berbakti kepada mereka).”

Diriwayatkan dari Jabir bin Samrah r.a., Rasulullah s.a.w. pernah naik ke atas mimbar, kemudian dia mengucapkan, “Amin, amin, amin.” Lalu beliau bersabda, “Jibril a.s. telah mendatangiku, kemudian dia berkata, ‘Wahai Muhammad, barangsiapa yang sempat bertemu dengan salah satu dari kedua orang tuanya (dan tidak berbakti kepada mereka), kemudian dia meninggal dunia, maka dia akan masuk neraka dan Allah akan menjauhkan dia dari (rahmat-Nya). Katakanlah (olehmu) ‘amin’, maka aku pun mengatakan ‘amin’. Jibril kemudian berkata, ‘Wahai Muhammad, barangsiapa yang menjumpai bulan Ramadhan (dan dia tidak berpuasa) kemudian meninggal dunia, maka Allah tidak mengampuninya, dimaksukkan ke neraka, dan Allah akan menjauhkan dia dari (rahmat-Nya). Katakanlah (olehmu) ‘amin’, maka aku pun mengatakan ‘amin’.’ Jibril kemudian berkata, ‘Barangsiapa yang ketika disebutkan namamu di sisinya, tetapi dia tidak (membaca) bersalawat kepadamu, kemudian dia meninggal dunia, maka dia akan masuk neraka dan Allah akan menjauhkan dia dari (rahmat-Nya). Katakanlah (olehmu) ‘amin’, maka aku mengatakan ‘amin’.'”

Diriwayatkan dari Mughirah, Rasulullah s.a.w. bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada kalian perbuatan derhaka kepada ibu-ibu (kalian), menuntut sesuatu yang bukan hak (kalian), dan menanam hidup-hidup anak perempuan. Allah juga telah membenci percakapan tidak jelas sumbernya, banyak bertanya, dan mensia-siakan harta.”

Bukhari-Mualim meriwayatkan dari Abu Bakrah, dari bapanya bahawa dia berkata, “Rasulullah s.a.w. bersabda, ‘Maukah kalian jika aku beritahukan (kepada kalian) tentang dosa yang paling besar?’ Beliau mengucapkan sabdanya ini sebanyak tiga kali. Kami menjawab, ‘Mahu, ya Rasulullah.’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Menyekutukan Allah dan derhaka kepada orang tua.’ Saat itu baginda sedang bersandar, kemudian baginda duduk, lalu bersabda, ‘Ketahuilah, (juga) kata-kata palsu dan kesaksian palsu. Ketahuilah, (juga) kata-kata palsu dan kesaksian palsu.’ Baginda terus mengatakan hal itu sampai aku berkata, baginda (hampir saja) tidak diam.”

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda, “Angin syurga akan dihembuskan dari jarak lima ratus tahun dan tidaklah akan mencium bau syurga itu orang yang suka menyebut-nyebut amal perbuatannya, orang yang derhaka (kepada orang tuanya), dan orang yang meminum arak.”

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda, “(Ada) tiga orang yang tidak akan dilihat Allah pada hari Kiamat: orang yang durhaka kepada kedua orang tuannya, orang yang meminum arak, dan orang yang suka menyebut-nyebut pemberiannya.”

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah s.a.w. bersabda, “Di antara dosa yang paling besar adalah (apabila) seorang anak melaknat kedua orang tuanya.” Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin seorang anak melaknat kedua orang tuannya?” Rasulullah saw. menjawab, “(Apabila) anak mencaci ayah orang lain, maka bererti dia mencaci ayahnya (sendiri), dan dia mencaci ibu orang lain, maka bererti dia telah mencaci ibunya (sendiri).”

Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a., “Rasulullah s.a.w. bersabda, ‘Tidaklah dianggap berbakti kepada sang ayah jika seseorang menajamkan pandangan (matanya) kepada ayahnya itu kerana ia marah (kepadanya).’”

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda, “Sesungguhnya Allah s.w.t. tidak menyukai perbuatan derhaka (kepada kedua orang tua).”

Diriwayatkan dari Abu Bakrah r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda, “Setiap dosa akan Allah tangguhkan (hukumannya) sesuai dengan kehendak-Nya, kecuali (dosa kerana) derhaka kepada kedua orang tua. Sesungguhnya Allah swt. akan menyegerakan hukuman perbuatan itu kepada pelakunya di dunia ini sebelum ia meninggal.”

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar r.a., dari Rasulullah s.a.w., “Keredhaan Allah itu ada pada keredhaan kedua orang tua, dan kemurkaan-Nya ada pada kemarahan kedua orang tua.”


Bentuk-bentuk Perbuatan Derhaka

  • Tidak memberikan nafkah kepada orang tua bila mereka memerlukan.
  • Tidak melayani mereka dan berpaling darinya. Lebih derhaka lagi bila menyuruh orang tua melayani dirinya.
  • Mengumpat kedua orang tuanya di depan orang ramai dan menyebut-nyebut kekurangannya.
  • Mencaci dan melaknat kedua orang tuanya.
  • Menajamkan pandangan mata kepada kedua orang tua ketika marah atau kesal kepada mereka berdua kerana suatu hal.
  • Membuat kedua orang tua bersedih dengan melakukan sesuatu hal, meskipun si anak berhak untuk melakukannya. Tapi ingat, hak kedua orang tua atas diri si anak lebih besar daripada hak si anak.
  • Malu mengakui kedua orang tuanya di hadapan orang ramai kerana keadaan kedua orang tuanya yang miskin, berpenampilan kampungan, tidak berilmu, cacat, atau alasan lainnya.
  • Enggan berdiri untuk menghormati orang tua dan mencium tangannya.
  • Duduk mendahului orang tuanya dan berbicara tanpa meminta izin semasa memimpin majlis di mana orang tuanya hadir di majlis itu. Ini sikap sombong dan takbur yang membuat orang tua berkecil hati dan marah.
  • Mengatakan “ah” kepada orang tua dan mengeraskan suara di hadapan mereka ketika berselisih.

Rasulullah saw. berpesan, “Berbaktilah (kalian semua) kepada bapa-bapa kalian, (niscaya) anak-anak kalian akan berbakti kepada kalian.”


0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...